Sehelai Perca

Selasa, 17 Februari 2015 » 0


Hingga hari ini, manakala terketuk hitungan ke-16 dalam sebuah penanggalan Masehi bulan ke-2, aku diam. Jari-jemariku terkadang menari lincah di setiap geseran layar ponselku. Merangkai setiap huruf menjadi sebuah kata yang kemudian ditangkupkan dalam setiap untai kalimat yang bermahkota makna. 12 tahun telah menjadi sebingkai perca kenangan indah dan pernah aku pasang di dinding hati. Bukan sebuah waktu yang hanya bergulir pendek. Dan dalam sela-sela purnama di tiap guliran bulannya, langkahku pun telah saling terisi dan terberai dalam selang seling kehidupan.

Engkau hadir. Datang bahkan tanpa sebuah rencana. Tanpa imajinasi apapun yang pernah tercipta ataupun sekilas terlintas.  Begitu saja. Tersenyum dalam bingkai yang pernah kutambatkan di dinding relung hati. Lalu aku menyambut uluran ajakanmu untuk bersama terbang dan menikmati tiap-tiap perca kenangan yang melayang serta masih terngiang. Berdua. Saling menebar canda di sela tiap katupan kata dan untai kalimat. Lalu tertawa. Potongan demi potongan saling terangkai membentuk sebuah lukisan waktu yang utuh. Tentang dua pasang sipitnya mata kita. Tentang ulas cerita masing-masing. Tentang makna kehidupan yang urung termaknai di beberapa waktu silam. Kita saling menangkap dan melempar masing-masing cerita kita. Kemudian tawa kembali menghiasai kedua simpul bibir masing-masing.

Aku menikmatinya. Sejenak melupakan penat yang menekan setiap kehidupanku. Kamu. Kita. Menciptakan sebuah dunia untuk kita berdua. Menikmatinya hanya berdua. Meski aku sadar ini hanyalah semu belaka. Fatamorgana dari visualisasi kepingan memori waktu itu. Aku tak peduli.  Karena aku menikmatinya. Seperti menemukan keping puzzle yang hilang sekian tahun lamanya. Dan itu kamu. Iya itu kamu. Kamu yang pernah mengisi hari-hari indahku. Kamu yang pernah menguntai dan merangkaikan makna cinta untuk kita. Kamu yang pernah membuatku bahagia.

Terimakasih ya...

Plenug

Anda sedang membaca Sehelai Perca di "plenug".

It's About

Leave a Reply

Kemerdekaan berbicara adalah milik semua bangsa tanpa strata apapun! Dibebaskan berkomentar disini. Terimakasih.