Hingga hari ini, manakala terketuk hitungan ke-16 dalam sebuah penanggalan Masehi bulan ke-2, aku diam. Jari-jemariku terkadang menari lincah di setiap geseran layar ponselku. Merangkai setiap huruf menjadi sebuah kata yang kemudian ditangkupkan dalam setiap untai kalimat yang bermahkota makna. 12 tahun telah menjadi sebingkai perca kenangan indah dan pernah aku pasang di dinding hati. Bukan sebuah waktu yang hanya bergulir pendek. Dan dalam sela-sela purnama di tiap guliran bulannya, langkahku pun telah saling terisi dan terberai dalam selang seling kehidupan.
Engkau hadir. Datang bahkan tanpa sebuah rencana. Tanpa
imajinasi apapun yang pernah tercipta ataupun sekilas terlintas. Begitu saja. Tersenyum dalam bingkai yang
pernah kutambatkan di dinding relung hati. Lalu aku menyambut uluran ajakanmu
untuk bersama terbang dan menikmati tiap-tiap perca kenangan yang melayang
serta masih terngiang. Berdua. Saling menebar canda di sela tiap katupan kata
dan untai kalimat. Lalu tertawa. Potongan demi potongan saling terangkai
membentuk sebuah lukisan waktu yang utuh. Tentang dua pasang sipitnya mata
kita. Tentang ulas cerita masing-masing. Tentang makna kehidupan yang urung
termaknai di beberapa waktu silam. Kita saling menangkap dan melempar
masing-masing cerita kita. Kemudian tawa kembali menghiasai kedua simpul bibir
masing-masing.
Aku menikmatinya. Sejenak melupakan penat yang menekan
setiap kehidupanku. Kamu. Kita. Menciptakan sebuah dunia untuk kita berdua.
Menikmatinya hanya berdua. Meski aku sadar ini hanyalah semu belaka.
Fatamorgana dari visualisasi kepingan memori waktu itu. Aku tak peduli. Karena aku menikmatinya. Seperti menemukan
keping puzzle yang hilang sekian tahun lamanya. Dan itu kamu. Iya itu kamu.
Kamu yang pernah mengisi hari-hari indahku. Kamu yang pernah menguntai dan
merangkaikan makna cinta untuk kita. Kamu yang pernah membuatku bahagia.
Terimakasih ya...