Ada yang pernah datang, ada yang telah pergi. Seperti
semilir helai angin yang menerobos sela-sela batin, sekuncup rindu yang
bertunas manja. Aku memegangnya. Aku menciumnya. Pada kuncup rindu itu. Pada
seberkas wajah yang tak akan lekang dari ingatan. Pada rambut yang terurai
lurus dan acap melambai terkecup angin. Pada seulas senyuman dari bibir mungil
warna merah jambu itu. Pada setiap jengkal inci tubuhmu. Rerimbunan kenangan
ini masih tertanam rapi tanpa sedikitpun tersibak.
Hai sayangku, apa kabarmu? Masihkah rindu pada sosok manusia
ini. Sosok manusia yang hampir selalu meninggalkan aroma kecut di setiap apa
yang ditinggalinya. Hahahaa...
Semalam, kedua bibir kita saling tertangkup mesra. Menyatu
diantara warna-warni rasa yang memenuhi rongga kerinduan di dalam dada.
Kemudian kita saling mendekatkan kedua kepala kita. Aku bisa menatapmu dekat.
Sedemikian dekat hingga dapat aku rasakan hembusan nafas dari hidungmu, menyapu
sela-sela pori-pori wajahku. Pun demikian denganmu. Kita berdua pun tersenyum. Senyum
tulus penuh rasa sayang diantara masing-masing.
Lalu kutahu jika itu hanyalah mimpi...
Aah...sedikit sesal meski rasa syukurku lebih besar untuk
dipertemukan denganmu. Lagi. Dalam mimpi.
Hai, sayangku. Apa kabarmu?