Hai Sayang

Rabu, 18 Februari 2015 » 0

Ada yang pernah datang, ada yang telah pergi. Seperti semilir helai angin yang menerobos sela-sela batin, sekuncup rindu yang bertunas manja. Aku memegangnya. Aku menciumnya. Pada kuncup rindu itu. Pada seberkas wajah yang tak akan lekang dari ingatan. Pada rambut yang terurai lurus dan acap melambai terkecup angin. Pada seulas senyuman dari bibir mungil warna merah jambu itu. Pada setiap jengkal inci tubuhmu. Rerimbunan kenangan ini masih tertanam rapi tanpa sedikitpun tersibak.

Hai sayangku, apa kabarmu? Masihkah rindu pada sosok manusia ini. Sosok manusia yang hampir selalu meninggalkan aroma kecut di setiap apa yang ditinggalinya. Hahahaa...

Semalam, kedua bibir kita saling tertangkup mesra. Menyatu diantara warna-warni rasa yang memenuhi rongga kerinduan di dalam dada. Kemudian kita saling mendekatkan kedua kepala kita. Aku bisa menatapmu dekat. Sedemikian dekat hingga dapat aku rasakan hembusan nafas dari hidungmu, menyapu sela-sela pori-pori wajahku. Pun demikian denganmu. Kita berdua pun tersenyum. Senyum tulus penuh rasa sayang diantara masing-masing.

Lalu kutahu jika itu hanyalah mimpi...

Aah...sedikit sesal meski rasa syukurku lebih besar untuk dipertemukan denganmu. Lagi. Dalam mimpi.

Hai, sayangku. Apa kabarmu?

Plenug

Anda sedang membaca Hai Sayang di "plenug".

It's About

Leave a Reply

Kemerdekaan berbicara adalah milik semua bangsa tanpa strata apapun! Dibebaskan berkomentar disini. Terimakasih.