Archive for Februari 2015

Berlayar Tak Bertepian

Sabtu, 28 Februari 2015 » 0

Akhirnya ketemu juga setelah gw iseng-iseng searching lagu ini. Belum pernah sama sekali gw ngelihat performa Ella secara live. Video klipnya pun amat sangat rare. Hahahaa...

Entah mungkin SD waktu gencar-gencarnya Malaysia menghantam keeksisan musikalitas mereka ke kancah tanah air, gw menikmati sekian lagu-lagu dari tanah melayu tersebut. Dan salah satunya adalah Ella. Lagu ini bener-bener ngingetin gw ke masa-masa itu. Bahkan pernah dianter bapak buat nyari buku lagu Malaysia-an kek dulu. Dan kalian gak perlu ngejudge umur gw. Hahahaa.. Setidaknya lagu-lagu ini lebih bertahan lama daripada lagu-lagu sekarang. Kenapa? mbuh. Tapi setidaknya itu yang gw rasakan. Sekarang mungkin lebih gencar secara seseorang baik individu atau secara genre band menciptakan lagu, tapi keeksisan musikalitasnya? mbuh.

Dan setelah sekian lama tahun berganti, secara gak sengaja gw dengerin sayup-sayup lagu ini yang disetel tetangga. Itupun waktu lagi di jamban. (amit-amit bocah!)  Kampret gw kenal lagu ini. Tuwir yak umur gw? mbuh. Jari-jari pun segera berloncatan kesana-kemari diantara tuts keyboard dan voila... ketemulah lagu ini. Pertanyaannya adalah  njuk ngopo? Iyak gak ngapa-ngapain. Orang gw yang suka, gw yang dengerin, sebodo amat... :P

Met dengerin yak... :rotfl:









Selamat Tinggal Ana

» 0


Pagi tadi, tatkala dentang waktu baru saja mengetukkan hitungan ketujuhnya, seorang sahabat datang padaku. Tampak semburat wajah penuh kesedihan yang kubaca dari dirinya. Kami duduk di teras depan. Sedikit tersengal dia berusaha mengutarakan apa yang dipendam dalam benaknya. Kusodorkan padanya sebotol air putih, tak manis memang, tapi setidaknya bisa membantu dia mengurai setiap kalimat yang hendak dia katakan. Diminumnya air putih tadi. Beberapa tetes keringat tampak mengalir pelan di sisi kening, menemani merah matanya yang terlihat sedikit sembab.

“Ada apa teman?” tanyaku memulai obrolan kami.

“Hmmh...”, tukasnya pelan seraya menjilati tetes terakhir air putih itu di bibirnya, untuk kemudian melanjutkan, ”Kamu masih ingat Ana?”

.

Sekilas ingatanku melibas puluhan waktu silam. Iya Ana. Aku mengenalnya karena dia adalah kekasih dari temanku, Yudi, orang yang saat ini atau setidaknya pagi tadi menemuiku di rumah. Perempuan yang berparas cantik, batinku saat pertama kali aku diperkenalkan oleh Yudi, tatkala dia mengajakku untuk menemuinya. Sebaris bekas luka di pipi tak mengurangi kecantikan perempuan ini.

Baca selengkapnya »

Ch'emi Siqvarulli, Vamo Alla ...

Kamis, 26 Februari 2015 » 0

Layaknya sebuah perjalanan, hidup pun membutuhkan tanda. Tanda untuk sesuatu yang pernah dan telah terjalani. Aku dan dirimu pernah melewati dan melintasi bersama jalan yang sama. Jalan yang semula berbeda kemudian sempat kita berdua coba untuk samakan. Aral dan rintangan kita coba lalui. Hingga tibalah kita pada sebuah persimpangan yang muncul untuk memisahkan kita. Persimpangan yang mengharuskan kita sebagai manusia untuk tetap melewatinya. Berpisah.

Kemudian sekian purnama pun berlalu dalam keterpisahan kita. Dalam alur kehidupan kita masing-masing. Pada lajur jalan yang kita lalui sendiri-sendiri.

Baca selengkapnya »

Mimpi Itu Telah Usai

» 0

Kedua kelopak mataku membuka. Berat memang. Kerjap-kerjap mataku berusaha membeningkan apa yang ada di depanku. Jernih kini semua ternampak sudah. Kugerakkan tubuhku. Menggeliat pelan. Lalu duduk. Kucium aroma keringatku. Aah...kecut. Tak apalah toh ini aromaku sendiri. Kesturi surga pun tak mampu menyainginya.

Sejenak bibirku tersungging senyum kecil. Masih terngiang remah-remah mimpi semalam. Berkenalan dengan seorang perempuan. Kulitnya begitu putih. Rambutnya yang lurus menjuntai dan terkadang tersibak karena kecupan angin bumi. Jaket biru serta jeans warna birunya membungkus tubuh indah itu. Gayanya yang lincah begitu terlihat catchy di mataku. Sesuatu yang belum tentu bisa aku dapatkan pada perempuan lain. Di lantai sebuah gedung kampus ungu itu awal kami berkenalan. Lembar tugas sebuah mata kuliah menjadi alasan kami berkenalan. Fa, dia memperkenalkan diri seraya menjabat jemari tanganku.

Baca selengkapnya »

You Deserve Better

Senin, 23 Februari 2015 » 0


Seperti kata-katamu, mungkin inilah jalannya. Takdir. Bilangan aksara yang meluncur dari bibirmu aku rekam sedemikian cermat. Meski akurasinya tak pernah aku rasakan. Memulai sebuah perasaan yang pernah lenyap, bukanlah sebuah hal yang bisa dilakukan setiap spesies manusia di bumi. Melempar-sambut setiap rasa antara kita telah lama tak lagi kita lakukan. Dan engkau datang kembali. Membawa serpihan perca rasa itu padaku. Pada kita. Hanya untuk dikenang, katamu. Yeah...tak semudah itu sayang. Kenangan adalah puing terdalam dari sekian pendaman rasa serta ingatan yang pernah menjadi sebuah liku kehidupan yang terjalani. Lalu tiap perca itu pun kita rajut hingga menjadi sehelai kisah.

Sekali lagi aku bilang padamu, sayang. Ini adalah rajutan perca kisah yang pernah terpotong. Berhati-hatilah dengan setiap rajutan dan jahitannya agar helai kisah ini bisa dinikmati menjadi setangkup kenangan yang indah. Jika kau memang berniat merajut setiap potongan perca ini, aku akan membantumu sayang. Akan kuberikan juga padamu perca-perca kenangan yang ada dalam benakku. Untuk kemudian kita jahit berdua. Lagi. Lalu cintaku, aku ingatkan juga padamu, bahwa ada helai-helai kain lain yang baru yang masih menempel pada perca itu. Bisakah kau memisahkannya tanpa sedikitpun mengoyak jahitan rasanya? Dan engkau pun bimbang. Tak mampu bibirmu menjawab pertanyaanku kali ini. Maka sejenak kuhentikan jemariku merajut perca tadi.

Baca selengkapnya »

Aku Takut ...

Jumat, 20 Februari 2015 » 0

Lelaki itu termenung. Sebentuk tubuh tambun itu berhenti di sebuah taman. Kemeja hitamnya terlihat lusuh. Begitupun celana jeansnya terlihat kumal. Sepasang sepatu kasualnya tampak begitu kotor dengan tali sepatu di sepatu kiri yang terurai tak lagi mencengkeram lubang talinya. Pun warnanya tak lagi seputih saat dibelinya dari sebuah toko barang bekas sekian tahun lalu. Pudar. Wajahnya terlihat penuh kelelahan, atau mungkin beban. Mata yang nanar memandang kosong ke depan. Cambang yang menghiasi pipinya terlihat agak kecoklatan. Sementara jenggotnya pun tak lagi rapi seperti ketika usai mandi. Di genggaman tangan kirinya sehelai kertas yang sudah tak lagi rapi.

Pagi tadi, lelaki itu telah berhiaskan wewangian parfum serta mengepasi setiap kemejanya. Berdandanlah layaknya akan berjumpa dengan wanita yang dikasihinya. Wanita yang sekian lama tak pernah berjumpa, setelah perpisahan puluhan tahun.

Baca selengkapnya »

It's Amazing

Rabu, 18 Februari 2015 » 0


Gak sengaja liatin trailer movie di GlobalTV dan seneng banget ama music scoringnya. Search aja dan muncullah JEM. Aaahh... ngingetin aja ama dirimu. Dirimu yang memang selalu amazing di mataku. Apapun yang kamu lakukan selalu amazing. Hahahaa... both of us really amazing, right?


Do it now
You know who you are
You feel it in your heart
And you're burning with ambition

At first, wait,
Won't get it on a plate
You're gonna have to work for it harder and harder

And I know
'cause I've been there before
Knocking on the doors with rejection (rejection)
And you'll see
'cause if it's meant to be
Nothing can compare to deserving your dream

It's amazing,
It's amazing all that you can do
It's amazing,
Makes my heart sing
Now it's up to you

Patience, now, frustration's in the air
And people who don't care
Well, it's gonna get you down

And you'll fall
Yes, you will hit a wall
But get back on your feet
And you'll be stronger and smarter

And I know
'cause I've been there before
Knockin' down the doors,
Won't take "No" for an answer
And you'll see
'cause if it's meant to be
Nothing can compare to deserving your dream

Oh-oh-oh

Don´t be embarrassed, don´t be afraid
Don´t let your dreams slip away
It's determination and using your gift
Everybody has a gift
Never give up, never let it die
Trust your instincts and most importantly
You´ve got nothing to lose
So just go for it

Ah-ah-ah




Hai Sayang

» 0

Ada yang pernah datang, ada yang telah pergi. Seperti semilir helai angin yang menerobos sela-sela batin, sekuncup rindu yang bertunas manja. Aku memegangnya. Aku menciumnya. Pada kuncup rindu itu. Pada seberkas wajah yang tak akan lekang dari ingatan. Pada rambut yang terurai lurus dan acap melambai terkecup angin. Pada seulas senyuman dari bibir mungil warna merah jambu itu. Pada setiap jengkal inci tubuhmu. Rerimbunan kenangan ini masih tertanam rapi tanpa sedikitpun tersibak.

Hai sayangku, apa kabarmu? Masihkah rindu pada sosok manusia ini. Sosok manusia yang hampir selalu meninggalkan aroma kecut di setiap apa yang ditinggalinya. Hahahaa...

Baca selengkapnya »

Sehelai Perca

Selasa, 17 Februari 2015 » 0


Hingga hari ini, manakala terketuk hitungan ke-16 dalam sebuah penanggalan Masehi bulan ke-2, aku diam. Jari-jemariku terkadang menari lincah di setiap geseran layar ponselku. Merangkai setiap huruf menjadi sebuah kata yang kemudian ditangkupkan dalam setiap untai kalimat yang bermahkota makna. 12 tahun telah menjadi sebingkai perca kenangan indah dan pernah aku pasang di dinding hati. Bukan sebuah waktu yang hanya bergulir pendek. Dan dalam sela-sela purnama di tiap guliran bulannya, langkahku pun telah saling terisi dan terberai dalam selang seling kehidupan.

Engkau hadir. Datang bahkan tanpa sebuah rencana. Tanpa imajinasi apapun yang pernah tercipta ataupun sekilas terlintas.  Begitu saja. Tersenyum dalam bingkai yang pernah kutambatkan di dinding relung hati. Lalu aku menyambut uluran ajakanmu untuk bersama terbang dan menikmati tiap-tiap perca kenangan yang melayang serta masih terngiang. Berdua. Saling menebar canda di sela tiap katupan kata dan untai kalimat. Lalu tertawa. Potongan demi potongan saling terangkai membentuk sebuah lukisan waktu yang utuh. Tentang dua pasang sipitnya mata kita. Tentang ulas cerita masing-masing. Tentang makna kehidupan yang urung termaknai di beberapa waktu silam. Kita saling menangkap dan melempar masing-masing cerita kita. Kemudian tawa kembali menghiasai kedua simpul bibir masing-masing.

Aku menikmatinya. Sejenak melupakan penat yang menekan setiap kehidupanku. Kamu. Kita. Menciptakan sebuah dunia untuk kita berdua. Menikmatinya hanya berdua. Meski aku sadar ini hanyalah semu belaka. Fatamorgana dari visualisasi kepingan memori waktu itu. Aku tak peduli.  Karena aku menikmatinya. Seperti menemukan keping puzzle yang hilang sekian tahun lamanya. Dan itu kamu. Iya itu kamu. Kamu yang pernah mengisi hari-hari indahku. Kamu yang pernah menguntai dan merangkaikan makna cinta untuk kita. Kamu yang pernah membuatku bahagia.

Terimakasih ya...