Archive for Januari 2014

Semalam Bersama Bapak

Rabu, 22 Januari 2014 » 2

Semalam usai pengajian tahlil untuk alm. Bapak diadakan di masjid.

Pada malam hari (dini hari tepatnya), alm. Bapak datang dalam mimpiku. Namun tidak seperti yang pernah diceritakan teman-teman atau saudara yang berujar bahwa ketika kita memimpikan seseorang yang telah meninggal, almarhum biasanya tanpa bicara, hanya diam namun kita mampu mengerti serta memahami maksud beliau. Atau ada juga yang bercerita bahwa dalam mimpi tentang almarhum, "warna" mimpi umumnya hitam putih.

Tapi tidak dengan mimpi yang aku alami semalam. Mimpi yang aku rasakan begitu berwarna. Ibu yang mengusap wajah alm. Bapak, aku ingat persis bungkus tisu yang digunakan ibu berwarna ungu. Roti yang alm. Bapak makan warnanya cokelat sewarna dengan roti-roti pada umumnya. Tembok krem kamar tempat aku dan ibu nungguin alm. Bapak berbaring. Ya, mimpi semalam begitu berwarna dengan beberapa detil yang aku masih ingat. Dan lalu aku dan alm. Bapak sempat terlibat dalam obrolan yang kata orang Jawa itu "ngganyik". Beberapa dialog masih aku ingat, meski detilnya tidak begitu.

Bapak berujar (dialog asli dalam bahasa Jawa), "Siapa bilang aku udah meninggal? Aku ngerti dari tadi Ibumu mengusap-usap wajahe Bapakmu ini. Aku yo ngerti kemaren-kemaren kalian mendoakan dan bertahlil untukku."

Aku bertanya kemudian pada Bapak, "Lha bapak kenapa cuman diam aja?"

Bapak menjawab pertanyaan yang kulontarkan sembari tersenyum, "Lha gimana? Bapak mau ikut tapi badan Bapak terasa lemas."

Aku menyahut, "Kok lemes napa je Pak?"

"Aku lapar dek", jawab Bapak sambil tersenyum kecil (alm. Bapak biasa manggil aku dengan sebutan dek).

Kuberikan roti yang entah darimana tiba-tiba sudah ada dalam genggamanku, kepada Bapak. Dimakannya roti tersebut oleh Bapak sambil tersenyum.

Lalu Bapak berujar padaku, "Bapak seneng dek, rotine enak."

Aku bertanya lanjut, "Bapak bagaimana sekarang?". Entah pertanyaan itu terlontar antara sadar atau tidak, bahwa Bapak sudah meninggal, aku lupa.

Bapak hanya menjawab, "Bapak sekarang sudah seneng".

Dan dialog dengan alm. Bapak meski dalam mimpi tersebut begitu membekas. Benar-benar serasa Bapak masih ada. Di dalam sebuah kamar, yang entah itu kamarnya siapa dan dimana aku tidak tahu, temboknya berwarna krem.

Lalu aku terbangun. Sekilas aku masih merasa alm. Bapak masih hidup. Tapi sadar kemudian bahwa ternyata itu hanya mimpi. Kupanjatkan Al-Fatihah untuk alm. Bapak.

Sugeng sare Pak. Selamat tidur. Selamat bertemu dengan Gusti Allah dan surga serta malaikat-malaikatNya. Aku akan meneruskan tugasmu di bumi Tuhan ini.

Al-fatihah untuk Bapak... :)