It's About The Story part.1

Senin, 02 Maret 2015 » 0


Aneh. Iya aneh. Setelah kehadiranmu kemudian kepergianmu yang kedua kini, aku kesulitan untuk menyatukan kembali kepingan ingatan itu. Kepingan itu seperti telah pecah lagi menjadi kepingan-kepingan lain yang serpihannya lebih kecil. Bahkan untuk memungutnya pun seperti tak mampu lagi. Aku pun tak berusaha untuk memungutnya lagi karena dirimu pun telah melarangku.

Genggaman kita berdua pun saling terlepas. Lalu engkau pun melangkah pergi, aku pun sama Ke sisi arah yang saling berlainan. Mulanya, terasa perih dari bekas luka itu kembali menyembilukan hati. Bahkan awalnya sempat kuurungkan untuk melanjutkan langkahku. Tapi tatkala kutengok ke arah dirimu, aku melihat langkah-langkah kecil yang terus menapaki jejalanan sepi kian menjauh. Iya, dirimu semakin menjauh. 

"Selamat jalan...", bisikku perlahan.
Maka kemudian aku tunggu hingga sosokmu kian mengecil di pandanganku, dan menghilang. Demi untuk kubalikkan tubuhku kemudian melangkah lagi.

Tanganku membenarkan letak topiku. Kacamata hitam pun tak lupa aku kenakan. Setidaknya mentari terik ini tak mampu menghanguskan kedua mataku. Ransel pun kugendong lebih tinggi. Aku isikan di dalamnya harapan, doa serta sejuta semangat untuk meneruskan kehidupan yang sempat tertatih. Jemari tangan kiriku memegang erat pegangan tas, lalu jemari tangan kananku aku masukkan ke dalam saku celana jeansku. Kutengadahkan kepalaku menatap matahari.

“Hai matahari, mari kita bersaing untuk menyambut malam, siapa dahulu yang mampu memenggal waktu hari ini, dia berhak menyanding rembulan", tantangku pada matahari.

Matahari mengangguk dan kami pun tertawa bersama. 


Plenug

Anda sedang membaca It's About The Story part.1 di "plenug".

It's About

Leave a Reply

Kemerdekaan berbicara adalah milik semua bangsa tanpa strata apapun! Dibebaskan berkomentar disini. Terimakasih.