Bukan Yang Dulu

Selasa, 08 November 2011 » 3

Sudah bukan yang dulu lagi. Memang. Laki-laki itu terdiam di sudut ruangan diantara batas sempit antara khayal, ide, imajinasi serta kenyataannya. Merenung seraya memainkan pensilnya diantara gempal jemari-jemarinya sendiri. Matanya nanar memandang ke depan, layar monitor yang bisu balas memandangi. Selembar kertas yang tak lagi putih terbujur kaku, tak jauh darinya terdiam.

Dulu dia adalah laki-laki dengan dada terbusung. Bukan perwujudan kesombongan. Tapi sebuah kebanggaan. Bangga sebagai seorang pegiat seni tanah negeri. Sepeser demi sepeser keping logam serta lembaran kertas bernominal dia kumpulkan tiap bulannya. Meski tak begitu manusiawi. Karya demi karya dia kumpulkan satu demi satu. Waktu demi waktu dia lalui. Perbedaan ruang dia libas. Semua demi sebuah kebertahanan hidup dari gerusan jaman. Dan dia tetap bangga.

Dulu dia adalah laki-laki dengan kepala terdongak. Semata hanya karena demi berusaha menyusun tenaga untuk bersaing dengan mereka-mereka yang telah mendahului menjadi legenda seni tanah negeri. Berbagi setiap ide dan imajinasi. Berdiskusi. Semua demi sebuah tujuan. Hanya satu tujuan. Agar kerja seni seperti itu dipandang, diakui dan dihargai dengan manusiawi.

Dulu. Itu masanya dahulu.

Laki-laki itu kini bergumul dengan keabsurdan seni yang tengah dia lakoni. Apakah aku masih seperti dulu, tanyanya pada dirinya sendiri. Laki-laki itu tak lagi tegap seperti dulu. Tubuhnya terkulai. Semua ide dan imajinasi yang dulu dia bangga-banggakan telah terburai. Bercampur dengan rengekan demi rengekan industri.

Idealismenya kini telah dirantai di sebuah jeruji. Begitupun ide serta imajinasinya. Diplakat dengan lembaran-lembaran kertas transaksional. Hanya sedikit daya khayalnya yang masih berkeliaran kesana kemari. Meski batasan-batasan jeruji ada disana sini.

Sudah bukan yang dulu lagi. Laki-laki itu sudah bukan yang dulu lagi. Ironisnya dia tak lagi manusia berjenis kelamin laki-laki, yang dulu juga kerap dia bangga-banggakan. Dia kini telah menjelma menjadi mesin, bisiknya dalam hati. Mesin pengeruk keuntungan demi rengekan industri. Meraung!

Plenug

Anda sedang membaca Bukan Yang Dulu di "plenug".

It's About

» 3 Response to “Bukan Yang Dulu”

Leave a Reply

Kemerdekaan berbicara adalah milik semua bangsa tanpa strata apapun! Dibebaskan berkomentar disini. Terimakasih.